Di era transformasi digital dan kecerdasan buatan (AI), perempuan dihadapkan pada peluang besar sekaligus tantangan baru. Sayangnya, rendahnya literasi digital membuat banyak perempuan, terutama di daerah terpencil semakin rentan terhadap kejahatan siber, penipuan pinjaman online (pinjol), dan kesenjangan ekonomi digital.

Ancaman Nyata Akibat Minimnya Literasi Digital

Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, skor literasi digital nasional dalam aspek keamanan masih rendah, yakni 3,29 dari 5 pada tahun 2023. Perempuan usia 18–25 tahun menjadi kelompok yang paling rentan. Data juga menunjukkan bahwa:

  • 57% korban kekerasan berbasis gender online (KBGO) di triwulan I 2024 adalah perempuan muda. 

  • Lebih dari 50% aduan pinjol dan investasi ilegal berasal dari perempuan sepanjang 2024 (OJK).

Tanpa literasi digital yang kuat, perempuan tidak hanya rentan secara finansial, tetapi juga emosional dan sosial.

Apa Itu Literasi Digital dan Mengapa Penting untuk Perempuan?

Literasi digital bukan sekadar kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga mencakup:

  • Menemukan dan mengevaluasi informasi secara kritis.

  • Melindungi data pribadi dan memahami hak digital.

  • Menciptakan konten yang aman dan bermanfaat secara etis.

Sayangnya, perempuan masih menghadapi hambatan struktural seperti keterbatasan waktu, akses pelatihan TIK, hingga stereotip bahwa bidang teknologi bukanlah ‘ranah perempuan’.

3 Skill Literasi Digital Wajib Dimiliki Perempuan Masa Kini

Di era digital yang terus berkembang, perempuan perlu membekali diri dengan keterampilan literasi digital untuk melindungi diri dari risiko siber dan memaksimalkan peluang yang ada. Berikut tiga skill utama yang wajib dikuasai:


1. Digital Safety Awareness

Perempuan menjadi salah satu target utama kejahatan siber seperti penipuan pinjol ilegal, pencurian identitas, hingga pelecehan online. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan menerapkan langkah-langkah keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan yang perlu dikuasai:

  • Menjaga privasi data pribadi, seperti nomor telepon, alamat rumah, KTP, dan akun media sosial.

  • Mengenali ancaman digital seperti phishing, malware, scam pinjol ilegal, serta tautan berbahaya.

  • Mengamankan akun melalui autentikasi dua faktor (2FA) dan penggunaan password manager untuk mengelola kata sandi unik dan kuat.

  • Gunakan email burner (email sekali pakai) dan nomor virtual saat mendaftar ke situs atau aplikasi yang tidak terpercaya.

  • Laporkan aplikasi pinjol ilegal melalui situs resmi OJK (ojk.go.id) atau lapor.go.id.

  • Ikuti pelatihan keamanan digital yang diselenggarakan oleh OJK, KemenPPPA, Siberkreasi, atau komunitas seperti WEWAW.


2. Critical Digital Literacy

Di tengah banjir informasi, perempuan perlu memiliki kemampuan berpikir kritis agar tidak mudah terjebak dalam hoaks, misinformasi, atau konten yang menyesatkan.

Kemampuan yang perlu dikuasai:

  • Menilai kredibilitas sumber informasi, baik dari media online, media sosial, maupun influencer.

  • Melakukan verifikasi konten digital, termasuk foto, video, dan akun palsu yang menyebarkan disinformasi.

  • Mengenali bias, framing, dan narasi terselubung dalam berita atau unggahan sebelum menyebarkannya kembali.

  • Gunakan situs turnbackhoax.id untuk mengecek kebenaran informasi.

  • Verifikasi legalitas bisnis, aplikasi, atau pinjol melalui OJK WhatsApp 081157157157.

  • Ikuti pelatihan dari Google News Initiative untuk memahami cara kerja hoaks dan cara menangkalnya.


3. Digital Content Creation & Collaborative Moves

Perempuan tak hanya bisa menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta perubahan lewat konten positif dan kolaborasi digital yang bermakna.

Kemampuan yang perlu dikuasai:

  • Dasar-dasar content writing, storytelling, desain grafis, dan video editing untuk membuat konten yang edukatif dan menarik.

  • Pemahaman tentang hak digital, etika bermedia sosial, dan dampaknya terhadap komunitas online.

  • Kemampuan berkolaborasi dalam kampanye digital atau advokasi sosial berbasis isu seperti keamanan digital dan kesetaraan gender.

Menguasai literasi digital bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal kemandirian, keamanan, dan pemberdayaan perempuan di ruang digital. Saat perempuan melek digital, mereka mampu melindungi diri, membantu sesama, dan menjadi agen perubahan dalam menciptakan dunia digital yang lebih aman, adil, dan inklusif.

Jadi Kontributor

Bagikan Cerita dan Wawasan di Artikel WAW

Punya pengalaman atau insight menarik? Kirimkan artikelmu dan jadilah bagian dari komunitas inspiratif WEWAW.

Jadi Kontributor

Bagikan Cerita dan Wawasan di Artikel WAW

Punya pengalaman atau insight menarik? Kirimkan artikelmu dan jadilah bagian dari komunitas inspiratif WEWAW.