Kemampuan mendengarkan masih sering dianggap sebagai hal yang sederhana. Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu. Active listening merupakan keterampilan komunikasi dasar yang menuntut kita untuk benar-benar memahami pesan, sudut pandang, dan pengalaman dari lawan bicara.

Berbeda dengan mendengarkan biasa, keterampilan mendengarkan aktif juga dapat memperkuat hubungan, membangun kepercayaan, dan menciptakan koneksi yang lebih bermakna. Hal ini dikarenakan mendengarkan aktif menuntut kita untuk melibatkan kehadiran penuh, ketertarikan yang tulus, serta kebiasaan merespons tanpa menghakimi.

Di artikel kali ini, WEWAW akan membahas perbedaan active listening dan mendengarkan biasa, manfaat, serta cara mengembangkannya agar kamu bisa memanfaatkan kemampuan mendengarkan untuk berkomunikasi lebih baik.

Apa Perbedaan Active Listening dan Listening Biasa?

sumber: Pexels

Melansir Oxford Home Study Center, active listening tidak hanya menuntut kita untuk mendengarkan kata-kata yang diucapkan, tetapi juga secara aktif memproses, memahami, dan merespons pesan pembicara. Di mana pada dasarnya kita benar-benar hadir dan memperhatikan nada bicara, bahasa tubuh, serta emosi yang disampaikan oleh lawan bicara.

Sementara, listening biasa cenderung bersifat pasif dan satu arah, yakni menerima informasi tanpa memberikan perhatian mendalam dan sering kali dilakukan sambil terdistraksi. Perbedaan inilah yang membuat active listening mampu menciptakan komunikasi yang lebih efektif, empatik, dan membangun kepercayaan.

Baca juga 7 Kebiasaan Sederhana yang Diam-Diam Mengubah Dirimu Jadi Lebih Baik

Manfaat Active Listening

(Sumber: Unsplash)

Mengutip Sabrina Romanoff, PsyD, seorang psikolog asal New York, active listening memungkinkan lawan bicara merasa lebih dipahami karena pendengar menunjukkan empati dan kesediaan untuk memahami perspektif mereka.

Berikut manfaat active listening lainnya:

Memperkuat Hubungan dan Kepercayaan

Dengan berfokus pada sudut pandang orang lain, skill active listening dapat mempererat suatu hubungan dan membangun kepercayaan. Keterampilan ini menunjukkan kesediaan kita untuk memahami dan bukan sekadar merespons.

Meningkatkan Kualitas Komunikasi

Mendengarkan aktif dapat menjaga arah percakapan agar tetap positif dan terstruktur. Alhasil, lawan bicara merasa dihargai, sehingga komunikasi menjadi lebih terbuka dan efektif di berbagai situasi, baik profesional maupun personal.

Mendukung Kolaborasi di Tempat Kerja

Di lingkungan kerja, skill active listening dapat membantu kita memahami masalah dengan lebih akurat dan mendorong kerja sama untuk menemukan solusi. Keterampilan ini juga mencerminkan kesabaran dan profesionalisme saat memecahkan suatu masalah.

Baca juga Komunikasi Interpersonal: Pengertian, Manfaat, dan Cara Mengasahnya untuk Aktivitas Sehari-hari

Cara Melatih Active Listening

(Sumber: Freepik)

1. Hadir Sepenuhnya

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, active listening membutuhkan kehadiran penuh kita. Ibaratnya, kita perlu “keluar” sejenak dari dunia kita untuk hadir di dunia lawan bicara.

Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan, seperti menonaktifkan handphone, menghindari distraksi lainnya, atau menutup percakapan batin dengan diri sendiri.

2. Perhatikan Tanda-Tanda Non Verbal

Selain perkataan lawan bicara, kita juga bisa memperhatikan gerak-gerik yang dilakukan oleh mereka. Pasalnya, tanda-tanda non verbal juga dapat menunjukkan situasi dan kondisi yang sedang dialami seseorang.

Maka dari itu, coba gunakan bahasa tubuh yang terbuka dan tenang. Tunjukkan bahwa kamu mendengarkan dan memahami hal-hal yang disampaikan oleh lawan bicara.

3. Kontak Mata itu Penting

Faktanya, kontak mata itu salah satu aspek penting dalam berkomunikasi. Hal ini menunjukkan fokus dan komitmen kita untuk mendengarkan lawan bicara.

Gunakan teknik 50/70 yang bisa dilakukan untuk menjaga kontak mata secara alami: lakukan kontak sebanyak 50%-70% saat mendengarkan, pertahankan hingga 4-5 detik, dan alihkan pandangan sejenak sebelum kembali fokus ke lawan bicara.

4. Berikan Pertanyaan Terbuka

Jika kamu memberikan pertanyaan “ya atau tidak”, justru ini akan lebih cepat mengakhiri interaksi dengan lawan bicara. Oleh karena itu, coba sampaikan pertanyaan yang bersifat terbuka agar lawan bicara dapat berbagi cerita dengan lebih leluasa.

Misalnya, bisakah kamu menjelaskan lebih detail? Apa yang kamu pikir tentang hal itu? Menurutmu, langkah terbaik apa yang sebaiknya dilakukan?

5. Refleksikan Jawabannya

Setelah mendengarkan jawaban lawan bicara, refleksikan untuk menunjukkan bahwa kamu menerima dan memahami perasaan mereka. Dengan begitu, kamu membantu mevalidasi masalah yang mungkin sedang dialami serta meminimalisir kemungkinan miskomunikasi.

Beberapa cara untuk melakukan refleksi:

  • Menyusun ulang jawaban mereka sesuai pemahaman kamu

  • Merangkum poin-poin jawaban agar mereka dapat kesempatan untuk mengkonfirmasi apakah benar atau salah

  • Meminta klarifikasi terhadap pemahaman tentang jawaban lawan bicara

Akhir kata, active listening merupakan kemampuan komunikasi yang sangat bermanfaat untuk berbagai situasi percakapan. Dengan latihan secara konsisten, pasti kamu dapat semakin mahir melakukannya.

Selamat menerapkan active listening, WAWgirls!

Temukan berbagai edukasi inspiratif dari WEWAW, komunitas pemberdayaan perempuan untuk berkembang dalam karier dan bisnis.

Ikuti ragam kegiatan kami melalui:

Instagram: @wewaw.id

LinkedIn: WEWAW Indonesia

TikTok: @wewaw.id

Website: wewaw.org

Jadi Kontributor

Bagikan Cerita dan Wawasan di Artikel WAW

Punya pengalaman atau insight menarik? Kirimkan artikelmu dan jadilah bagian dari komunitas inspiratif WEWAW.

Jadi Kontributor

Bagikan Cerita dan Wawasan di Artikel WAW

Punya pengalaman atau insight menarik? Kirimkan artikelmu dan jadilah bagian dari komunitas inspiratif WEWAW.