Dalam dunia pengelolaan keuangan, istilah Latte Factor semakin sering dibahas, terutama di kalangan anak muda, mahasiswa, hingga pekerja pemula. Konsep ini diperkenalkan oleh David Bach, seorang pakar keuangan pribadi yang terkenal melalui bukunya The Automatic Millionaire. Sebenarnya konsep Latte Factor sederhana saja: pengeluaran kecil yang dilakukan berulang-ulang tanpa disadari dapat menggerogoti keuangan dan menyebabkan kita tekor di tengah bulan.

Meski terlihat sepele, konsep ini telah diakui oleh banyak ahli finansial sebagai salah satu penyebab utama mengapa seseorang sulit menabung atau merasa uangnya “habis entah ke mana”. Artikel ini akan membahas secara lengkap apa itu Latte Factor, mengapa berbahaya, contohnya dalam kehidupan sehari-hari, serta bagaimana cara mengatasinya dengan strategi finansial yang bisa diterapkan siapa saja.

Apa Itu Latte Factor?

sumber: Pexels

Latte Factor merujuk pada kebiasaan mengeluarkan uang untuk hal-hal kecil yang sebenarnya tidak mendesak atau tidak bernilai jangka panjang. Nama “latte” berasal dari contoh sederhana: segelas latte harian seharga Rp25.000–Rp40.000. Jika dibeli setiap hari, dalam sebulan seseorang bisa menghabiskan lebih dari Rp1 juta hanya untuk kopi.

Namun pada dasarnya, Latte Factor tidak selalu berkaitan dengan kopi. Inti dari konsep ini adalah pengeluaran yang bersifat kecil, rutin, dan tidak disadari—yang terasa ringan saat dilakukan, tetapi menumpuk menjadi besar dalam jangka panjang.

Baca Juga Mengelola Gaji Pertama: 8 Langkah Memutus Rantai Generasi Sandwich

Mengapa Latte Factor Berbahaya untuk Keuangan?

sumber: Pexels

Dari sudut pandang keuangan personal, banyak orang hanya fokus pada pengeluaran besar seperti cicilan, biaya makan, atau transportasi. Padahal, kebocoran kecil justru sering menjadi penyebab utama keuangan bocor.

Ada beberapa alasan mengapa Latte Factor dianggap berbahaya:

1. Tumpukan Besar dalam Jangka Panjang

Pengeluaran Rp10.000–Rp30.000 memang terasa kecil. Namun jika digunakan setiap hari, jumlahnya bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah per bulan.

2. Tidak Disadari

Inilah masalah paling fatal. Banyak orang tidak sadar bahwa kebiasaan kecil mereka telah menghabiskan lebih dari anggaran harian. Alhasil, mereka mengalami kekurangan yang signifikan dalam keuangannya.

3. Menghilangkan Kesempatan Menabung dan Berinvestasi

Jika uang yang habis untuk Latte Factor dialihkan ke tabungan atau investasi, hasilnya bisa signifikan. Bahkan dalam analisis finansial sederhana, uang Rp1 juta per bulan yang diinvestasikan selama beberapa tahun bisa berkembang menjadi puluhan juta. Padahal ini bisa membantu memutar pemasukanmu agar menghasilkan lebih banyak uang lagi.

Baca Juga 4 Investasi Jangka Panjang Wajib untuk Masa Depan, Apa Saja?

4. Menghambat Kesehatan Finansial

Di tengah bulan, orang cenderung merasa kekurangan uang, karena sebagian pendapatan telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Pada akhirnya ia menggunakan paylater atau kartu kredit, sehingga memicu masalah baru: utang konsumtif. Dalam kata lain, jenis utang yang hanya memenuhi kebutuhan atau keinginan jangka pendek.

Cara Mengatasi Latte Factor Tanpa Menyiksa Diri

sumber: Pexels

Menghilangkan Latte Factor bukan berarti kita tidak boleh menikmati hidup. Kunci utamanya adalah kesadaran dan pengendalian. Berikut langkah-langkah praktis yang bisa kamu lakukan:

1. Lacak Pengeluaran Harian

Gunakan aplikasi pencatat keuangan atau spreadsheet. Dengan mencatat, kamu jadi melihat pola keborosan. Dengan begitu, kamu juga bisa mengatur strategi pengeluaran yang lebih baik.

2. Tentukan Batas untuk Pengeluaran Kecil

Mengingat jumlah pengeluaran kecil yang cenderung banyak, coba set nominal maksimal sesuai kondisi keuanganmu. Pastikan tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi. Contoh: maksimal Rp150.000 per minggu untuk jajan atau kopi.

3. Gunakan Sistem 24 Jam untuk Belanja Impulsif

Kalau ingin beli sesuatu, tahan dulu 24 jam. Jika masih ingin dan memang merasa perlu, baru beli. Jangan lupa dicatat ya agar kamu dapat mereview seluruh catatan keuangan dengan baik.

4. Alihkan Dana Latte Factor untuk Tabungan Otomatis

Set setiap tanggal gajian, lalu sisihkan dana otomatis ke tabungan atau reksa dana. Ini mengikuti metode David Bach: pay yourself first. Ingat, dirimu lebih berharga dan patut diprioritaskan, WAWgirls!

5. Bedakan “Butuh” dan “Ingin”

Sebelum membeli, coba tanya ke diri sendiri :

  • Apakah ini kebutuhan?

  • Apakah ada alternatif yang lebih murah?

  • Apakah aku akan menyesal membeli ini nanti?

6. Buat Penggantinya di Rumah

Kamu dapat menggunakan cara ini, khususnya jika sering membuat pengeluaran untuk hal-hal mendasar yang sebenarnya bisa dicapai di rumah. Misalnya buat kopi sendiri, stok snack sehat, atau masak simpel agar tidak tergiur beli makanan online.

Latte Factor bukan sekedar tentang dilarang minum latte atau jajan, melainkan tentang kesadaran finansial. Pengeluaran kecil yang dilakukan tanpa kontrol dapat menjadi penyebab keuangan seret, tabungan tidak bertambah, dan hidup terasa sulit di tengah bulan. Dengan memahami konsep ini, siapa pun bisa mulai memperbaiki kebiasaan keuangan dan mengalihkan dana kecil menjadi aset yang lebih bernilai.

Mulailah dari langkah paling sederhana: sadari ke mana uangmu pergi. Dari sana, perjalanan menuju kebebasan finansial akan terasa jauh lebih ringan.

Temukan berbagai edukasi inspiratif dari WEWAW, komunitas pemberdayaan perempuan untuk berkembang dalam karier dan bisnis.

Ikuti ragam kegiatan kami melalui:

Instagram: @wewaw.id

LinkedIn: WEWAW Indonesia

TikTok: @wewaw.id

Website: wewaw.org


Jadi Kontributor

Bagikan Cerita dan Wawasan di Artikel WAW

Punya pengalaman atau insight menarik? Kirimkan artikelmu dan jadilah bagian dari komunitas inspiratif WEWAW.

Jadi Kontributor

Bagikan Cerita dan Wawasan di Artikel WAW

Punya pengalaman atau insight menarik? Kirimkan artikelmu dan jadilah bagian dari komunitas inspiratif WEWAW.