WEtheWAW
Ingin Berkompetisi Sekaligus Memberdayakan? Bisa!
Di dunia yang semakin cepat dan kompetitif, banyak orang memandang kompetisi sebagai ajang saling mengungguli. Namun, kini muncul cara pandang baru: kompetisi juga bisa menjadi sarana untuk memberdayakan orang lain.
Hal ini menjadi pembahasan dalam WEWAW Master Class Volume 4 bertajuk “Competing? Boleh. Empowering? Wajib”, bersama tiga narasumber inspiratif, yakni Valerina Daniel, Annisa Steviani, dan Cresida Mariska.
Tiga Sosok yang Menginspirasi
Valerina Daniel dikenal sebagai News Anchor di berbagai stasiun televisi dan aktif dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Annisa Steviani, seorang Financial Planner dan Content Creator, fokus membagikan edukasi keuangan secara ringan dan mudah dipahami.
Sementara itu, Cresida Mariska atau biasa disapa Sisi adalah Kapten Tim Nasional Softball Putri Indonesia yang berupaya menanamkan nilai sportivitas, kolaborasi, dan pemberdayaan di dunia olahraga.
Belajar dari Kompetisi

Sumber: Pexels
Bagi Sisi, kompetisi bukan hal yang menakutkan. Saat bersekolah di Amerika, ia pernah diremehkan karena terkendala bahasa. Namun, dari pengalaman “dianggap remeh” itulah ia menemukan kekuatan untuk berkembang.
“Ketika tidak dianggap, justru lebih mudah berubah. Aku percaya pada the power of being underestimated,” ujarnya. Ungkapan ini menggambarkan keadaan di mana seseorang dianggap remeh, tetapi justru menjadikannya motivasi untuk membuktikan kemampuan diri.
Keteguhan itu membuatnya terus berlatih hingga berhasil masuk tim softball sekolah. Setelah kembali ke Indonesia, Sisi menghadapi situasi sebaliknya. Justru ia yang dianggap kompetitor unggul. Menurutnya, semua kembali pada cara pandang, apakah kita melihatnya sebagai beban atau peluang untuk tumbuh.
Valerina menambahkan, ketika ada yang menganggapmu “terlalu menonjol”, jangan menjauhi mereka. Sebaliknya, jadikan kesempatan untuk membangun hubungan yang lebih baik. Caranya? Pahami latar belakang mereka, jaga komunikasi terbuka, dan tumbuhkan rasa saling menghargai.
Baca juga: 6 Cara Mengatasi Imposter Syndrome dan Membangun Kepercayaan Diri
Menghadapi Kompetisi Tak Sehat
Kompetisi menjadi tidak sehat ketika melibatkan kecurangan atau menjatuhkan orang lain. Dalam situasi seperti ini, Valerina menekankan dua hal penting. Pertama, saat bersaing di dunia kerja, tetaplah profesional agar konflik tidak memengaruhi hasil kerja. Kedua, kendalikan emosi. Tenang dalam tekanan menunjukkan kedewasaan dan menjaga integritas.
Annisa menambahkan, bentuk kompetisi tidak sehat juga bisa muncul di kantor, misalnya ketika seseorang menjelekkan rekan kerja atau mengambil kredit atas kerja orang lain. “Kita harus berani speak up agar tidak diperlakukan semena-mena,” tegasnya.
Menyikapi Komentar Pedas
Komentar negatif sering muncul dalam persaingan, apalagi di media sosial. Awalnya, Annisa mengaku mudah terpancing hingga memblokir akun yang nyinyir. Namun, ia kemudian sadar bahwa tindakan itu justru memberi kepuasan pada pelaku.
Akhirnya, Annisa memilih mengabaikan komentar negatif dengan cara yang lebih bijak, yaitu menggunakan fitur Restrict Account di Instagram untuk membatasi interaksi akun-akun tersebut tanpa perlu memblokirnya secara langsung.
Mengapa Empowering Itu Penting?

sumber: Pexels
Sisi percaya bahwa manusia tidak bisa berkembang sendirian. “Kalau mau cepat, kerja sendiri. Tapi kalau mau bertahan, ya bareng-bareng,” ujarnya. Kolaborasi membantu kita belajar dari berbagai perspektif dan memperkaya pengalaman.
Annisa menambahkan, perempuan menghadapi tantangan tersendiri karena harus menjalankan banyak peran sekaligus. Ia menegaskan bahwa menjadi istri atau ibu bukan berarti berhenti belajar atau kehilangan jati diri. “Perempuan tetap perlu punya tujuan dan ruang untuk berkembang,” katanya.
Valerina pun menyoroti masih terbatasnya peluang bagi perempuan di banyak sektor. Menurutnya, perempuan harus berani menciptakan peluang sendiri dan saling mendukung. Salah satu inisiatifnya adalah mengadakan pelatihan teknologi dan coding untuk pelaku UMKM agar mereka mampu bersaing dengan laki-laki.
Baca juga: Dari PHK menjadi Kaya dan Berdaya: Strategi Perempuan Tangguh Bangkit dari Krisis Global
Cara Memberdayakan di Tengah Kompetisi
Ketiganya sepakat bahwa pemberdayaan dimulai dari diri sendiri. Sebelum menginspirasi orang lain, kita perlu mengasah kualitas, percaya diri, dan konsistensi.
Annisa membagikan dua tips. Pertama, jangan takut mencoba hal baru. Sekecil apa pun kemajuanmu, hargai prosesnya. Kedua, bagikan pengetahuanmu. Gunakan media sosial untuk berbagi dan membangun reputasi positif.
Setelah mampu memberdayakan diri, lanjutkan dengan memberdayakan orang lain. Sisi menekankan pentingnya membangun bonding di dalam tim. Dengan memahami latar belakang masing-masing, kita bisa menciptakan lingkungan kerja yang saling mendukung.
Baca juga: Pay It Forward: Cara Sederhana Menebar Kebaikan yang Berdampak Besar
Kompetisi akan selalu ada, terlebih bagi perempuan yang sering dihadapkan pada ekspektasi tinggi dan penilaian sosial. Namun, kompetisi tak harus menjatuhkan. Ia bisa menjadi sarana tumbuh bersama jika disertai semangat pemberdayaan.
Jika orang yang kamu dukung justru lebih berhasil, jangan kecil hati ya, WAWgirs. Rayakan pencapaiannya dan jadikan itu kesempatan untuk belajar. Sebab, pemberdayaan bukan tentang siapa yang menang atau kalah, melainkan bagaimana kita bisa tumbuh bersama.
Temukan berbagai edukasi inspiratif dari WEWAW, komunitas pemberdayaan perempuan untuk berkembang dalam karier dan bisnis.
Ikuti ragam kegiatan kami melalui:
Instagram: @wewaw.id
LinkedIn: WEWAW Indonesia
TikTok: @wewaw.id
Website: wewaw.org